Kota Damaskus
Damaskus adalah sebuah kota tua. Kota ini
didirikan sebelum kelahiran Nabi lbrahim ‘alaihissalam. Banyak legenda /
dongeng tentang pendirian kota ini. Kota ini memiliki banyak sungai dan kebun.
Letak kota berada pada tanah yang datar dikelilingi oleh gunung yang tinggi di
sebelah Utara dan Baratnya.
Kaum muslimin berhasil menaklukannya pada tahun 14
H pada masa pemerintahan `Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Ketika itu
mereka di bawah panglima Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah, Khalid bin Al-Walid, dan
Yazid bin Abu Sufyan. Termasuk peninggalan yang terus ada dari Daulah Umawiyyah
di Damaskus adalah saluran irigasi. Pengaturan saluran ini diatur dengan
pengaturan yang sangat jeli. Setiap rumah besar memiliki pancuran air sendiri
karena adanya parit-parit yang dibuat oleh Bani Umayyah agar air sampai ke
pelosok kota. Saluran air yang besar dibangun di atas tiang-tiang untuk
menyalurkan air minum ke rumah-rumah. Istana khalifah yang ada di Damaskus
menjadi istana yang unik dan indah. Dindingnya dibuat dari marmer, dikelilingi
dengan kebun-kebun yang rimbun. Diselingi dengan pancuran air yang membuat
udaranya menjadi sejuk dan menambah indahnya panorama dan keanggunannya.
Menyukai perindahan kota Damaskus tidak menjadi hak para khalifah saja, para
gubernur dan pembesar pun berlomba-lomba memperindah kota Damaskus dan
kota-kota besar lainnya.
Masjid Umawi di Damaskus
Al-Walid bin ‘Abdul Malik memulai pembangunannya
pada tahun 88 H. Beliau sangat memerhatikan pembangunannya dan dalam
mengucurkan dana untuk hal ini. Sampai-Sampai dikatakan bahwa beliau
mengeluarkan dana untuk pembangunannya yang sebanding tujuh tahun hasil panen.
Masjid ini menjadi salah satu mercu suar pembangunan. Sampai pada masa yang
kita masih hidup sekarang ini, masjid itu masih menjadi barometer dalam
ketelitian dan keahlian yang tinggi yang dicapai oleh kaum muslimin pada masa
pemerintahan Bani Umayyah.
Masjid ini dijuluki dengan Masjid Jaami’ul
Mahaasin (yang mengumpulkan segala keindahan), kaamil gharaa-ib (memiliki
keunikan yang sempurna), dan salah satu keajaiban. Mihrabnya dihias dengan
batu-batu permata yang mahal, digantungi padanya lampu dari emas dan perak yang
rantai gantungannya juga dari emas yang indah.
Diantara kaum muslimin ada yang mencela Al-Walid
dan menuduhnya dengan perbuatan yang sia-sia / mubadzir. Namun beliau
berkeinginan agar masjid itu menjadi barometer kekuatan kaum muslimin dan
sebagai tanda yang akan membuat musuh mengetahui bagaimana kaum muslimin ketika
itu mencapai tingkat kehidupan yang mapan, kaya, dan maju. Beberapa kejadian
setelahnya menunjukkan akan jauhnya cara pandang AlWalid.
Telah ada kisah bahwa ‘Umar bin ‘Abdul `Aziz
ketika memegang tampuk kekuasaan, beliau berkeinginan memperkaya kas negara
sesuai dengan kemampuannya. Beliau pun berkeinginan untuk mencabut rantai emas
yang digantung dengannya lentera-lentera emas dan lampu-lampu emas di masjid
ini kemudian diganti dengan tali atau rantai besi. Akan tetapi keinginan itu
bertepatan dengan datangnya duta dari penguasa Romawi ke Damaskus. Mereka
berkeinginan mengunjungi masjid Al-Umawi, ‘Umar pun mengijinkannya dan
mewakilkan kepada seseorang yang menguasai bahasa mereka. Ketika mereka
menyaksikan keindahan bangunan dan keserasian masjid, menyaksikan ukiran-ukiran
dan rantai-rantai emas yang memenuhi masjid yang besar maka mereka pun
menundukkan kepala karena kecewa dan sedih. Pimpinan duta itu mengatakan: “Kami
bangsa Romawi dahulu menyangka bahwa keberadaan kaum muslimin hanya sebentar
saja. Namun saya sekarang – dan saya telah menyaksikan apa yang mereka bangun-
mengetahui bahwa mereka (kaum muslimin) akan mencapai suatu masa (kejayaan)
yang pasti mereka akan mencapainya. “
Ketika ucapan ini sampai kepada pendengaran ‘Umar
bin ‘Abdul ‘Aziz maka beliaupun mengurungkan rencananya semula dan membiarkan
rantai-rantai emas dan hiasan-hiasan itu tetap ada untuk membuat musuh marah
dan menenangkan hati kaum muslimin.
Kota Kirwan / Qairuan
Kota besar ini terletak di bagian utara Afrika,
sekarang termasuk dalam wilayah negara Tunisia, dari kota Tunis berjarak 165
km. Kota ini mulai dibangun pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan
radhiyallahu ‘anhu.
Kisahnya adalah ketika Mu’awiyah mengangkat ‘Uqbah
bin Nafi’ sebagai kepala negara bagian Afrika (yaitu Afrika Utara yang terletak
di sebelah barat Mesir). Di kota ini orang-orang Barbar yang masuk Islam
dikumpulkan sehingga tersebarlah Islam di kalangan mereka. ‘Uqbah – ketika itu
– mengumpulkan rakyatnya dan menawarkan kepada mereka pembangunan sebuah kota
yang nantinya akan dihuni oleh kaum muslimin sehingga nantinya akan menjadi
benteng bagi Islam di negeri ini (Afrika Utara). Mereka menyetujui pendapatnya.
Lalu mereka mendatangi daerah yang sekarang menjadi kota Kirwan yang ketika itu
hanyalah sebuah padang yang besar dipenuhi dengan pohon-pohon, penuh dengan binatang
liar, ular, binatang buas, dan serangga-serangga yang mengganggu. Rakyatnya
mengatakan: “Kami menghawatirkan diri kami dari (keganasan) binatang buas dan
liar. ” ‘Uqbah memberikan semangat pada mereka dan berdoa kepada Allah agar Dia
menolong mereka. Binatang-binatang buas itu pun terpencar-pencar karena
keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya. Mulailah mereka membangun. Ketika itu j
umlah mereka adalah 18.000 orang yaitu pada tahun 50 H .
Semenjak dibangun sampai masa sekarang ini kota
Kirwan memiliki fungsi yang besar dan peran yang besar pula. Kota ini semakin
berkembang dan semakin maju bersama bertambahnya tahun. Sekolah-sekolah dan
ma’had-ma’had (pondok pesantren) bertambah banyak. Jadilah kota ini sebagai
salah satu kota-kota induk pada negara Islam.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
kepada kita petunjuk ini, kita tidak akan bisa mendapatkan hidayah seperti ini
bila Allah tidak memberikannya kepada kita.
Sumber: Disalin dari buku “TARIKH DAULAH
UMAWIYYAH”, Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, Riyadh Saudi
Arabia, Penerjemah: Fathul Mujib, Muroja’ah: Ustadz Abu Muhammad ‘Abdul Muthi,
Lc Hafizhahullah, Penerbit Hikmah Ahlus Sunnah, Cet.Kedua.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !